Pencetak Guru Besar Itu Meninggal Sebatang Kara in Property |
Pencetak Guru Besar Itu Meninggal Sebatang Kara Posted: 13 Oct 2010 05:04 PM PDT Universitas Airlangga Berduka Ada dugaan, Hamidah meninggal karena terjatuh. Ketika ditemukan, tubuhya sudah membusuk. Diduga, kepalanya terlebih dulu membentur lantai hingga menyebabkan kematian. Ironisnya, ahli farmasi yang dikagumi seluruh dosen Unair itu meninggal sebatang kara. Tak ada keluarga yang menemani hingga ajal menjemput. Lulusan Universitas Munster Jerman Barat itu hidup tanpa suami dan anak. Almarhumah menempati perumahan dosen sejak 1969. Begitu lulus dari Jerman, Hamidah diangkat menjadi dosen tetap Unair dan tinggal di perumahan dosen. Karena sebatang kara, saat meninggal, bukan keluarga atau sanak saudara yang tahu. Korban kali pertama diketahui oleh Anik, tetangga depan rumah yang juga bekas anak didik korban. Setiap hari, perempuan itu yang mengirimi makanan. Kiriman makanan biasanya diletakkan di pagar rumah. âBelakangan beliau tidak pernah keluar rumah. Makanan yang dikirim setiap hari itu juga biasanya digantung di pagar rumah, lalu diambilnya,â kata Tata Jaka, salah satu petugas keamanan setempat. Kecurigaan muncul ketiga kemarin seperti biasa Anik mengirim makanan ke rumah korban. Dilihatnya dua bungkusan makanan yang dikirimkan sejak dua hari sebelumnya masih utuh dan nyenthel di pagar rumah. âAnik curiga kok makanannya belum diambil,â kata Tata. Anik lalu mencoba beberapa kali mengetuk pintu pagar rumah, tapi tidak ada jawaban dari dalam. Selanjutnya, Anik melaporkan hal ini kepada petugas keamanan. Petugas keamanan yang datang lalu masuk ke halaman rumah dan mengetuk pintu utama, namun juga belum ada jawaban. Kecurigaan makin kuat karena anggota satpam itu mencium bau busuk di sekitar rumah. Khawatir terjadi apa-apa, satpam lalu menghubungi petugas Polsek Gubeng. Untuk mengetahui keberadaan korban, petugas yang datang akhirnya masuk ke dalam rumah setelah lebih dulu merusak pintu utama. Dilihatnya korban sudah tak bernyawa dengan posisi telentang di lantai dekat tempat tidurnya. âDari bagian belakang kepala mengeluarkan darah, tapi sudah mengering, sedang di mulutnya ada bekas seperti busa yang juga sudah mengering,â papar Tata Jaka. Korban saat ditemukan juga dalam kondisi setengah telanjang. Hasil pemeriksaan di lokasi petugas tidak menemukan tanda-tanda perusakan atau ada barang milik korban yang hilang. âSemua masih utuh, pintu juga tidak ada yang rusak,â terang Kapolsek Gubeng AKP I Gusti Gede Agung. Sementara hasil otopsi luar, petugas juga tidak menemukan tanda-tanda bekas penganiayaan. Dikagumi Umi Athiyah, Dekan Fakultas Farmasi Unair yang ditemui mengatakan, korban meraih gelar sarjana Apoteker dari Universitas Munster Jerman Barat pada 1965. Setalah pensiun dari Unair, korban masih sempat mengajar di Ubaya, dan sekitar dua tahun lalu mengundurkan diri. âKami sangat kehilangan, â kata Umi usai mengantar almarhumah sampai di pemakaman kawasan Pegirikan. Almarhumah yang lahir pada 29 Desember 1933 ini terakhir menjadi Kepala Bagian Kimia Organik di Fakultas Farmasi Unair. Hamidah pensiun sejak 1999. Dia menempati Perumahan dosen sederet dengan Fasich yang saat ini menjadi Rektor Unair. Sebelum pindah, orang nomor satu di Unair itu tinggal sederet. Semasa hidup, meski belum sempat menyandang guru besar, namun keilmuan yang dimiliki perempuan ini sangat dikagumi. Sampai sekarang, semua dosen senior sampai guru besar farmasi sangat hormat kepadanya. Melalui sentuhan keilmuan Hamidah-lah, para guru besar di Fakultas Farmasi dilahirkan. Sebut saja Wakil Rektor I Prof Achmad Syahrani, Prof Zainudin, Prof Yuwono, Prof Sujarwo, Prof Sukardiman, Prof Gunawan Indriyanto, dan guru besar Unair lainnya. âSaya sangat hormat dengan keilmuan almarhumah. Hanya ada dua dosen pada saat itu yang lulusan luar negeri. Ibu Hamidah dan Porf Nanizar Zaman Joenoes (mantan Dekan Farmasi). Beliau kalau menulis rumus kimia, semua di luar kepala,â kenang Syahrani, mantan mahasiswa Hamidah saat ditemui Surya. Para dosen Unair dan guru besar yang pernah dididik almarhumah semasa mahasiswa, semua mengenal Hamidah sebagai dosen killer. Setiap masuk kelas harus menghafal rumus kimia. âBeliau ahli kimia organik yang membanggakan. Beliau-lah yang mengajarkan kita untuk benar-benar menguasai ilmu yang kita tekuni. Kalau tidak siap dengan rumus atau mata kuliah, lebih baik tidak masuk kelas. Yang tidak hafal harus dihukum di depan kelas,â tambah Zainudin, mantan Wakil Rektor I yang juga pernah menjadi mahasiswa Hamidah. Diceritakan, kalau ada 20 mahasiswa yang tidak bisa menulis rumus di papan tulis atau tak mampu menjawab soal pembuka, semua mahasiswa disuruh berdiri di depan kelas. Namun, para mahasiswa Hamidah yang saat ini menjadi dosen dan guru besar mengaku mendapat pelajaran berharga bahwa ilmu harus dicintai. Hamidah memang dikenal dari keturunan orang berilmu dari orangtuanya, Ahmad Shahab. Dia besar bersama 13 bersaudara. Rata-rata kakak dan adik-adiknya menjadi dokter, dosen, dan guru besar. Karena cintanya pada ilmu, Hamidah dengan istiqomah berilmu hingga melupakan berumah tangga. WIWIT PURWANTO - Dibaca: 30 kali |
<b>Perumahan</b> “Permata Tropodo Regency” : Pasang Iklan Properti Gratis Posted: 13 Oct 2010 08:22 AM PDT Perumahan "Permata Tropodo Regency". Permata Tropodo Regency, Berada di lokasi strategis, dalam beberapa menit Anda dapat mencapai tempat-tempat strategis, diantaranya Bandara Juanda, Terminal Purabaya, dan Jalur Lingkar Timur, ... |
You are subscribed to email updates from rss indonesia rakhma To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar